Prodi Ilmu Komunikasi Gelar Kuliah Pakar, Angkat Isu Strategi Komunikasi Lingkungan

Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup tak lagi menjadi isu milik aktivis semata. Pemerintah, korporasi, hingga masyarakat sipil kini menjadi aktor utama yang bergerak bersama dalam menyuarakan keberlanjutan bumi. Hal inilah yang menjadi fokus dalam Kuliah Pakar bertema “Komunikasi Lingkungan dalam Perspektif Pemerintah, Korporasi, dan Gerakan Sipil” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), baru-baru ini.

Acara yang digelar di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untirta itu menjadi ruang penting bagi mahasiswa untuk membuka mata dan telinga terhadap isu lingkungan dari beragam sudut pandang. Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Ibu Isti, membuka acara dengan penuh semangat. “Saya sangat antusias dan bangga bisa menggelar kuliah pakar ini. Ini menjadi motor utama agar mahasiswa lebih kritis terhadap isu lingkungan,” tuturnya dalam sambutan pembuka.

Senada dengan itu, Dekan FISIP Untirta, Bapak Leo Agustino, juga mengapresiasi acara ini sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan berbasis lingkungan. “Acara ini penting agar mahasiswa lebih dekat dengan isu lingkungan. Sekaligus saya hadir dalam rangka launching buku karya Bapak Atih dan Pak Husnan yang membahas komunikasi lingkungan,” ungkapnya.

  • Komunikasi sebagai Jembatan Strategis

Salah satu pemateri utama, Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis Aulia, menekankan bahwa komunikasi lingkungan bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat.

Gambar 1 : Pemaparan Strategi Komunikasi Lingkungan 

“Komunikasi lingkungan adalah jembatan strategis kebijakan dan partisipasi masyarakat. Setiap kepala dinas juga harus punya program non-APBD untuk mendukung inovasi lingkungan,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa pemerintah memiliki tiga peran penting dalam isu lingkungan: sebagai regulator, fasilitator, dan pendorong inovasi. Dalam paparannya, Agis menjelaskan berbagai strategi komunikasi lingkungan, mulai dari edukasi dan kampanye publik, pelibatan multipihak, hingga penggunaan media sosial untuk engagement masyarakat.

  • Dari Bank Sampah ke Bahasa Lokal

Inovasi lingkungan juga ditunjukkan oleh gerakan Bank Digital Sampah, yang telah menjangkau 145 titik di Kota Serang dan 45 titik di Cilegon. Mereka tak hanya mengelola sampah, tetapi juga mengedukasi masyarakat melalui pendekatan budaya.

“Kalau sulit pakai istilah lingkungan, kami dekati masyarakat pakai bahasa lokal. Itu yang membuat edukasi lebih diterima,” ujar perwakilan dari Bank Digital Sampah.

Dalam kesempatan itu, Ibu Hening juga mengingatkan bahaya nyata dari krisis sampah yang sudah berdampak pada kesehatan masyarakat. “Banyak penyakit yang muncul akibat sampah, termasuk jantung dan polusi udara yang tinggi,” ujarnya.

  • Menjadi Mahasiswa yang Peka dan Bergerak

Kuliah pakar ini bukan hanya tentang mendengar, tapi juga tentang menginspirasi. Harapannya, mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta dapat menjadi agen perubahan, yang mampu menerjemahkan teori ke dalam aksi nyata demi keberlangsungan lingkungan.

Gambar 2 : Antusiasme Mahasiswa 

“Mahasiswa harus jadi bagian dari solusi. Menjadi komunikator yang tak hanya pintar bicara, tapi juga mampu menggugah dan menggerakkan,” kata Pak Atih dalam penutupannya.

Melalui kuliah pakar ini, Prodi Ilmu Komunikasi Untirta membuktikan bahwa kampus adalah ruang penting untuk merawat nalar kritis, membangun kesadaran ekologis, dan mempertemukan beragam perspektif demi masa depan bumi yang lebih lestari.

Penulis : [Muhammad Fadhillah]

Scroll to Top